Friday, May 31, 2013

Perpisahan, or Parting

The following is my closing speech delivered in Indonesian at graduation a couple of weeks ago. Here is the English version:
I first came to MAN Padangan 2 years ago. I remember driving here with Mr. Bleg, Pak Yas, Pak Syaiful and Ms. Olif. I remember I learned the word “bergelombang”,* and I remember I had my first yellow watermelon. We don’t have any in America. And I remember looking out the window at the passing rice paddies, warungs, schools, and markets and wondering if the time would come when I would travel this road and it would feel like my home. 
Before I left, I was used to my life in New York. It was comfortable and predictable and easy. Maybe like class 3 in MAN. You now have teachers and friends who know you, with whom you are comfortable, you understand how things work here. Thinking of leaving can seem really hard.
When I was in NY, I felt the same way. Comfortable. Why would I ever leave? For me, I had a dream that I wanted to join the Peace Corps and experience living in another country. Doing this would force me to move from my life that was comfortable, predictable and easy to one that was initially uncomfortable and full of change and difficulties.
When I left for Indonesia, I was scared. I came to MAN Padangan - a person with different skin, different religion, and from a different culture - I was far from my friends and family. I often felt confused. It was difficult. Life now had many new challenges. Often I thought about how it may be easier to just go home. 

That may be true. 

But if I never left NY or if I chose to go back when things were difficult, I never would have learned Indonesian. Or how to say “siip"("cool" in Javanese) or “wis bar”("finished" or "already" in Javanese). I never would have learned to long jump. I never would have tasted jus alpokat (which has changed my life). Most importantly, I never would have met and learned from all of you. 

We want life to be comfortable and easy, of course. But it is important to remember that without challenges - without difficult times or adversity - we can’t grow. 

So, class 3:
– if you are scared about what will happen after today 
– if you are confused about what you will do 
- about missing or losing friends 
– about living in a new place 
– about being alone 
– about studies or work being too difficult 
...remember that these are opportunities. They are opportunities to GROW. 

To try new positive things: 
– to make new friends and deepen current friendships 
– to discover how to survive in a place other than your home
– to learn to be confident in yourself and to be independent and to know you are stronger than you think 
– to learn that hard work and discipline can help you stretch your mind beyond what you thought you were capable of.
Difficulties and discomfort and change, if you approach them bravely, with diligence and with faith, they can help you grow. 

Today, you are no longer a student of MAN Padangan, and in 2 weeks, I will no longer be a teacher of MAN Padangan. But together we must remember that "the start of something new can bring the hope of something great". We will forever be connected to MAN Padangan and the experience we had here. 


It is my hope that one day – maybe 2 years, 5 years, or 10 years from now, I will be able to travel that road from Kota Bojonegoro to Padangan – the same road I traveled that first time over 2 years ago with Pak Yas, Pak Syaiful, Mr. Bleg, and Ms. Olif – and I know that when I see the rice paddies, warungs, schools, and markets that were once so new to me - I know I will feel – that I’m home. 

It has been a privilege, an honor, and a pleasure to be a part of your family for these past 2 years. Thank you and good luck to Class 3!

*This means "bumpy" as it might be one of the worst stretches of road in East Java.

Indonesian Version: 
Pertama kali saya datang ke MAN Padangan 2 tahun yang lalu. Saya ingat ketika Mr. Bleg, Pak Yas, Pak Syaiful dan Ms. Olif menjemput saya dengan mobil dari Malang. Saat itu, saya ingat saya belajar kata “bergelombang", dan makan semangka kuning untuk pertama kalianya. Tidak ada di Amerika. Dan saya ingat ketika melihat keluar jendela, saya melihat sawah, warung2, sekolah, dan pasar dan saya ingin tahu apakah waktu itu akan datang ketika saya akan melewati jalan ini dan itu akan terasa seperti rumah saya. 

Sebelum saya tinggal di sini,  saya terbiasa dengan kehidupan saya di New York. Itu nyaman dan dapat diprediksi dan mudah. Mungkin seperti kelas 3 di MAN. Kalian semua sekarang memiliki guru dan teman-teman yang mengenal kalian, dengan siapa kalian merasa nyaman, kalian mengerti bagaimana semua berjalan di sini. Dan berpikir meninggalkannya akan terlihat sangat berat.

Ketika saya masih di NY, saya merasakan hal yang sama. Nyaman. Kenapa saya meninggalkan NY?  Bagi saya, saya punya mimpi bahwa saya ingin bergabung dengan Peace Corps dan mengalami hidup di negara lain. Melakukan hal ini akan memaksa saya untuk pindah dari kehidupan saya yang nyaman, dapat diprediksi dan mudah ke tempat yang awalnya tidak nyaman dan penuh perubahan dan kesulitan. 

Ketika saya pergi ke Indonesia, saya takut. Saya datang ke MAN Padangan - orang dengan kulit yang berbeda, agama yang berbeda, dan budaya yang berbeda - saya jauh dari teman-teman dan keluarga. Saya sering merasa bingung. Itu sulit. Hidup memiliki banyak tantangan baru. Sering kali saya berpikir tentang bagaimana hal itu mungkin lebih mudah jika pulang saja.

Itu mungkin benar.

Tapi kalau saya tidak pernah meninggalkan NY atau jika saya memilih untuk pulang ketika segalanya terasa sulit, saya tidak akan pernah belajar bahasa Indonesia. Atau bagaimana mengatakan "Siip" atau "wis bar". Saya tidak akan pernah belajar lompat jauh. Saya tidak akan pernah merasakan jus alpokat (yang telah mengubah hidup saya). Yang paling penting, saya tidak akan pernah bertemu dan belajar dari kalian semua.

Kita ingin hidup yang nyaman dan mudah, tentu. Tetapi penting untuk diingat bahwa tanpa tantangan - tanpa masa-masa sulit atau kesulitan - kita tidak bisa tumbuh.

Jadi, kelas 3
- jika kalian semua takut apa yang akan terjadi setelah hari ini 
- jika kalian bingung tentang apa yang akan kalian lakukan  
- tentang hilang atau kehilangan teman 
- tentang hidup di tempat baru 
- tentang menjadi kesepian
- tentang belajar atau bekerja terlalu sulit….
……ingat bahwa ini adalah peluang. Tantangan-tantangan itu adalah kesempatan untuk TUMBUH. 


Untuk mencoba hal-hal baru yang positif
- untuk mendapatkan teman baru dan mempererat persahabatan saat ini 
- untuk menemukan cara untuk bertahan hidup di tempat lain selain rumah kalian 
- untuk belajar menjadi percaya diri dalam diri sendiri dan menjadi mandiri dan mengenal bahwa kalian lebih kuat dari yang kalian pikirkan 
- untuk belajar bahwa kerja keras dan disiplin dapat membantu kalian memperluas pikiran kalian melampaui apa yang kalian pikir kalian mampu. 

Kesulitan, ketidaknyamanan, dan perubahan - jika kalian berani mendekati mereka, dengan ketekunan dan dengan keyakinan, mereka dapat membantu kalian tumbuh.

Hari ini, tidak lagi siswa MAN Padangan, dan dalam 2 minggu, saya tidak akan lagi menjadi seorang guru MAN Padangan. Tetapi bersama-sama kita harus ingat bahwa "awal dari sesuatu yang baru dapat membawa harapan untuk sesuatu yang besar". Kita akan selalu terhubung dengan MAN Padangan dan pengalaman yang kalian punya di sini.

Ini adalah harapan saya bahwa suatu hari - mungkin 2 tahun, 5 tahun atau 10 tahun dari sekarang, saya akan dapat melakukan perjalanan dari Kota Bojonegoro ke Padangan - jalan sama yang saya lalui pertama kali dengan Pak Yas, Pak Syaiful, Mr. Bleg, dan Ms. Olif - dan saya tahu bahwa ketika saya melihat sawah, warung, sekolah, dan pasar yang dulunya begitu baru bagi saya - saya tahu saya akan merasa – bahwa saya telah berada di rumah.

Ini adalah sesuatu yang istimewa, sebuah kehormatan, dan sebuah kebahagiaan untuk menjadi bagian dari keluarga MAN Padangan untuk dua tahun terakhir. Terima kasih banyak dari hati yang terdalam dan semoga sukses untuk Kelas 3!!

2 comments:

  1. Ya ampun Mbak Erin...saya baca post ini, dan tanpa sadar mata saya jadi berkaca-kaca :D
    pertama, karena isinya memang mengharukan
    kedua, karena Mbak Erin menulis ini dalam bahasa indonesia, tapi tetap dengan 'rasa' amerika.

    Terima kasih atas tulisan beserta referensi budaya pop amerika dalam blog ini :D


    ReplyDelete
  2. Halo Mbak Erin,

    Saya menemukan blog Mbak beberapa waktu yang lalu, dari blognya relawan Peace Corps yang lain. Saya senang sekali baca tulisan2 Mbak Erin tentang pengalaman hidup di Jawa sebagai relawan. Tapi tulisan yang ini adalah favorit saya. Pidato perpisahannya benar2 bagus dan menyentuh, terasa sangat jujur dan penuh perasaan. Saya imigran Indonesia di Amerika,dan saya senang sekali saat saya bisa membaca tentang negara saya dari sudut pandang orang asing. Lebih istimewa lagi, orang Amerika, tentunya,karena saya merasa selama ini sayalah yang melihat Amerika dari sudut pandang saya sebagai orang Indonesia.

    Saya terharu membaca pidato Mbak Erin. Saya yakin anda pastilah seorang guru dan relawan yang sangat baik dan disayang oleh komunitas Mbak di Jatim sana. Please accept my most sincere gratitude for your service in my country, and for kindly sharing it here in your blog.

    Wulan

    ReplyDelete